Tentu, jika kita berbicara mengenai kisah seorang personel dari sebuah unit musik yang memutuskan untuk menjajal proyek solo, daftarnya akan sangat-sangat banyak. Faktornya sendiri pun juga sama banyaknya. Mulai dari datangnya rasa jenuh hingga yang paling umum, penuhnya ide-ide liar di kepala atas nama eksplorasi bermusik yang sayangnya belum bisa dituangkan di unit musik mereka.
Tanjung, yang saat ini masih berstatus sebagai seorang personel dari Voxxes, menjadi satu nama terbaru yang memutuskan untuk turut serta dalam rombongan tersebut, spesifiknya di faktor kedua.
Di tanggal 13 Juli mendatang, ia akan memulai perjalanannya sebagai seorang solois multi-instrumentalist dengan dua materi sekaligus, yakni “Pink Ego Box” dan “The Life You Wanted” yang masing-masing materi tersebut membawa warna yang jauh berbeda dari materi-materi dari unit musiknya.
“Sebenarnya karena ada beberapa lagu yang gue tulis, yang menurut gue sayang kalau enggak gue bagikan [tertawa]. Memang dari awal gue bikin lagu ini, gue mau ke arah genre tertentu, lebih ke ranah psychedelic yang mana itu belum bisa gue masukin ke Voxxes”, tutur Tanjung.
Dengan durasi yang terbilang singkat, baik “Pink Ego Box” dan “The Life You Wanted” membawa warna eksplorasi pop hingga rock dengan benang merah koridor yang sama, yakni koridor psychedelic.
Ada alasan tersendiri mengapa Tanjung memilih untuk memfokuskan materi-materinya di koridor psychedelic. Iringan musik yang laid-back dan menenangkan di hari-hari yang panjang menjadi dua dari banyak alasannya. Selain itu, Kevin Parker dari Tame Impala menjadi sosok yang juga mesti bertanggung jawab atas kecintaan Tanjung pada koridor tersebut.
“I love psychedelic music. Gue suka lagu yang bikin gue ‘ngawang’, membuat gue fokus. Jadi, ini memang genre yang ingin gue bawa. Ini memang yang gue tentuin kalau gue bikin lagu dan materi, genre ini yang gue kejar”, lanjutnya.
Musiknya sendiri pun membawa kejutan, bagaimana jika didengarkan lebih jelas, tidak ada part reff di dalamnya, keluar dari bagan normal dari yang ‘seharusnya’. Untaian liriknya pun saling menyambung layaknya sebuah respon akan karya sastra yang dilagukan.
“Ini (‘Pink Ego Box’ & ‘The Life You Wanted’) memang enggak ada reffnya. Semua kata-katanya berlanjut. Gue bikin cerita dan gue bentuk cerita tersebut jadi musik saja. Mungkin itu kenapa masing-masing cuma dua menitan, karena cerita yang mau gue ceritain cuma itu saja”.
Tanjung sendiri ingin menyampaikan dua kisah yang berkesinambungan di dua materi ini. Kisahnya diawali dari “Pink Ego Box”, kisah dari sepasang kekasih yang walau selalu menemukan dinamika tidak berujung di perjalanannya, namun kerap memaksakan diri untuk selalu bersama hingga akhirnya mereka sadar bahwa itu bukanlah jawaban yang menanti di depan mereka.
“Gue awal bikin ‘Pink Ego Box’ itu dalam mindset di mana menceritakan dua pasangan yang sebenarnya enggak cocok, cuma mereka memaksakan untuk selalu cari jalan tengahnya. Tapi pada ujungnya, perbedaan ini yang membelah kedua pasangan ini sehingga sejatinya mereka enggak cocok. Jadi akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah”.
Karena tidak ingin kisahnya mengambang tanpa kejelasan, maka Tanjung memutuskan untuk melanjutkan kisahnya dalam “The Life You Wanted”. Bisa dibilang, bahwa materi ini menjadi sebuah sekuel dari materi sebelumnya.
“Gue merasa butuh closure dari cerita tersebut, sehingga gue bikin ‘The Life You Wanted’. Di sini, dari perspektif cowoknya, dia masih belum rela (untuk mengakhiri hubungan), tapi mencoba untuk merelakan, mencoba untuk mendapatkan closure saja. Mencoba memahami perasaan diri dan memahami situasi yang sedang dialami”.
Proses penggarapannya sendiri pun juga membawa cerita. Bagaimana hampir seluruhnya dilakukan oleh Tanjung secara mandiri di kamarnya, di tengah masa pandemi yang sedang intens-intensnya. Seluruh instrumen ia mainkan dan rekam sendiri, termasuk proses mixing yang juga ia akui bahwa prosesnya selalu diulang terus menerus untuk mendapatkan hasil akhir yang diinginkan.
“Gue sembari belajar mixing. Itu juga makan waktu lama, dua minggu. Mungkin karena lagu gue sendiri, punya ikatan batin [tertawa], punya koneksi yang cukup intim jadi gue lumayan mengkritik diri sendiri, banyak enggak puasnya. Akhirnya gue rombak berapa kali gitu”.
Setelah dirasa sempurna, barulah Tanjung menyerahkan seluruh proses mastering di dalam studio kepada Upi Maajid dari Ranu Pani. Juga tersebut nama solois lain, Jazeed yang turut membantu Tanjung dalam beberapa bagian.
Dalam beberapa waktu ke depan, sang solois masih menjanjikan banyak hal dari proyek ini. Salah satunya adalah EP yang akan menggambarkan bentuk keseluruhan dari Tanjung dan warna musiknya. Total, lima lagu akan dibawa dalam EP tersebut, yang mana tidak termasuk “Pink Ego Box” dan “The Life You Wanted”.
Sebelum akhirnya EP tersebut hadir, simak terlebih dahulu dua materi perkenalan dari Tanjung di berbagai platform.