Mengawali tahun 2024 dengan gebrakan penuh semangat, Road to Braga merilis EP terbaru bertajuk Punk N Roll pada 7 Januari lalu. Band asal Bandung ini menawarkan warna segar bagi skena musik punk dan rock n roll tanah air lewat lima lagu eksplosif yang memadukan spirit liar punk rock, groove klasik rockabilly, dan semangat bebas rock n roll.
Dengan gaya bermusik yang khas dan sikap yang apa adanya, Road to Braga tidak hanya sekadar membawakan musik—mereka juga menyampaikan pernyataan sikap. EP ini hadir sebagai bentuk eksplorasi yang menjembatani peralihan dari rockabilly ke punk rock, namun tetap mempertahankan karakter yang kuat dan menggoda.
Siapa Road to Braga?
Road to Braga berdiri pada tahun 2021 dan sempat mengalami beberapa pergantian formasi hingga akhirnya solid dengan empat personel: Vergio (vokal/gitar), Verrel (bass), Dimas (gitar), dan Jeremy (drum).
Mengusung semangat Punk N’ Roll, Road to Braga banyak terinspirasi oleh band-band legendaris seperti Stray Cats, Johnny Thunders & The Heartbreakers, Motörhead, Social Distortion, hingga The Rolling Stones. Musik mereka adalah cermin dari semangat muda yang penuh kebebasan, perlawanan, dan energi tak terbendung.
Isi dan Makna di Balik Punk N Roll
EP Punk N Roll berisi lima lagu dengan nuansa dan pesan yang beragam, namun semuanya memiliki benang merah: gairah hidup, keberanian melawan arus, dan kegelisahan khas generasi muda.
- “Hidup di Jalan”
Membuka EP dengan semangat punk rock era 70-an, lagu ini mengingatkan pada Ramones atau The Clash. Dengan lirik penuh kemarahan dan semangat kebebasan, lagu ini menggambarkan sosok pemuda yang memilih hidup tanpa aturan dan tampil apa adanya. - “Lonely”
Meskipun terdengar ceria secara musikal, lagu ini mengangkat kegelisahan akan kesendirian. Liriknya sederhana namun menyentuh, mencerminkan ketakutan akan sepi dan keinginan menemukan seseorang yang bisa menemani hingga akhir hayat. - “Lancang”
Sebuah kritik sosial terhadap pribadi yang tidak punya pendirian dan mudah terbawa arus demi kenyamanan pribadi. Lagu ini menyindir mereka yang oportunis dan tak segan menyingkirkan siapa pun demi keuntungan sendiri. - “Jeruji”
Lagu ini mengisahkan seseorang yang baru keluar dari jeruji besi namun kembali terjerat dalam gaya hidup liar. Simbol dari generasi muda yang mudah terbuai tampilan luar dan mengesampingkan perilaku. Dibalut dengan irama rock n roll yang enerjik, lagu ini tetap mengajak pendengar untuk berdansa sambil merenung. - “Mana yang Katanya Merdeka”
Sebuah lagu pamungkas sekaligus kritik paling tajam dalam EP ini. Road to Braga mempertanyakan makna kemerdekaan di tengah lemahnya penegakan hukum dan isu rasial yang masih menghantui. Lagu ini menggugah kesadaran dan sekaligus mengajak pendengar untuk tidak lupa bersuara.
Merdeka Lewat Jalur Mandiri
Punk N Roll diproduksi dan dipasarkan secara independen oleh Road to Braga. Selain memanfaatkan platform digital seperti Spotify, Apple Music, dan YouTube, mereka juga aktif di media sosial untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Tagar seperti #RoadToBraga dan #PunknRoll menjadi bagian dari strategi promosi mereka di ranah online.
Tak hanya itu, mereka juga siap menggebrak panggung-panggung secara langsung. EP Release Party dijadwalkan pada 18 April 2025 di Bandung, disusul dengan rencana tur ke berbagai kota besar di Indonesia.
Penutup
Lewat Punk N Roll, Road to Braga bukan hanya memperkenalkan musik baru, tetapi juga mempertegas identitas dan sikap mereka sebagai band yang bebas, jujur, dan berani. Ini adalah rilisan yang patut diapresiasi, tidak hanya karena energinya yang membakar, tetapi juga karena keberaniannya menyuarakan keresahan yang nyata.